Tabuik

Husein adalah seorang tokoh dalam sejarah Islam. Dia merupakan cucu Nabi Muhammad. Husein terbunuh dalam perang Karbala. Kepalanya dipenggal, ditusuk dengan tombak. Kepala itu diarak dengan kegembiraan sambil menari dan berteriak menyebut nama Husein. Dikisahkan saat itu datang seekor burung buraq yang menyambar kepala Husein dan membawanya terbang ke langit. Peristiwa itu diperingati setiap 10 Muharam dengan membuat arakan tabut.
Permainan ini bukan akidah, tapi hanya upacara peringatan terbunuhnya Husein itu. Tabut ini telah menjadi sesuatu yang membudaya yang diselenggarakan setiap tahun oleh masyarakat Minangkabau. Pengunjungnya bukan hanya masyarakat Minangkabau saja, bahkan turis asing dari mancanegara pun ada yang sengaja datang untuk menyaksikan acara ini.
Rangkaian Acara Tabut
1 Muharam. Hari pertama itu adalah mengambil tanah ke dasar sungai, sebagai simbol mengambil jasad Husein yang terbunuh. Kemudian tanah dimasukkan ke dalam periuk yang dibungkus dengan kain putih, seolah-olah mereka mengafani mayat. Periuk diletakkan di atas sebidang tanah yang dilingkari dengan kain putih. Seolah-olah mayat diletakkan di sebuha benteng yang berpagar putih.
Hari berikutnya mereka mulai membuat tabut. Tabut berbentuk keranda untuk mengusung mayat. Pada hari kelima, tengah malam, orang pergi mengambil pohon pisang. Pohon tersebut dipancung dengan parang sekali putus. Hal ini melambangkan pembalasan anak Husein terhadap pembunuh ayahnya.
Hari ketujuh dimulai mengara jari-jari, yaitu semacam maket sebuah kubah yang terbuat dari kertas kaca dengan bingkai bambu. Kertas itu digambari sepotong tangan jari-jari yang terkembang. Dalam maket itu dipasang lilin. Jari-jari itu diarak dari rumah ke rumah sambil menyanyikan lagu duka. Arakan itu mengisahkan pengikut Husein yang sedang mencari jari-jari dan serpihan tubuh Husein yang dicencang oleh musuh. Lalu jari itu disatukan dengan tanah di dalam periuk. Hari berikutnya, jari-jari itu diarak lagi keliling kampung. Pada hari kesembilan, mereka merngarak surban Husein yang ditemukan. Kemudian dilanjutkan acara pada hari kesepuluh.
Acara puncaknya pada 10 Muharram. Tabut yang diarak berbentuk keranda, di atasnya bertengger seekor buraq, yaitu burung dengan kepala seperti kepala orang. Buraq itu dinaungi payung tiruan yang bertaburan bunga. Tabut diusung oleh puluhan orang. Mereka mengoyak-oyaknya sambil berteriak memanggil nama Husein. Di belakangnya mengiring pemain debus yang menyiksa badannya dengan menusukkan besi runcing, pisau, dan besi yang dipanasi ke badannya. Penyiksaan diri tersebut mengisahkan rasa penyesalan, mengapa harus Husein yang meninggal dalam peperangan itu. Di belakangnya pemain tansa (drum) dengan puluhan pemukul gendang (tambur). Pada 10 Muharram itu dilanjutkan dengan permainan indang (rebana kecil), mereka berzikir sambil mengungkapkan kisah Hasan dan Huesein yang mati terbunuh. Esok harinya tabut diarak lagi untuk dibuang ke laut.
Pada saat mengarak tabut terjadi kebisingan dan kericuhan. Ada yang berteriak sesuai dengan irama oyakan, sementara itu ada pula suara tansa (drum) yang menggetarkan. Terdengar pula suara puluhan gendang (tambur) yang dipukul. Jadi karawtan yang dipakai untuk arakan adalah drum dan tambur. Pada malam harinya, mereka mengadakan permainan indang (rebana kecil). Malam itu mengisahkan kisah Hasan dan Husein. Karawitannya adalah rebana yaitu semacam drum kecil tetapi bentuknya lebih tipis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar